Komunikasi Produktif (Kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional)
Friday, June 02, 2017
Bismillah..
Materi Kelas Bunda Sayang sesi #1
KOMUNIKASI PRODUKTIF
Selisih paham sering kali muncul bukan karena isi percakapan
melainkan dari cara penyampaiannya. Maka di tahap awal ini penting bagi kita
untuk belajar cara berkomunikasi yang produktif, agar tidak mengganggu
hal penting yang ingin kita sampaikan, baik kepada diri sendiri,
kepada pasangan hidup kita dan anak-anak kita.
KOMUNIKASI DENGAN
DIRI SENDIRI
Tantangan terbesar dalam komunikasi adalah mengubah pola
komunikasi diri kita sendiri. Karena mungkin selama ini kita tidak menyadarinya
bahwa komunikasi diri kita termasuk ranah komunikasi yang tidak produktif.
Kita mulai dari pemilihan kata yang kita gunakan
sehari-hari.
Kosakata kita adalah output dari struktur berpikir dan
cara kita berpikir
Ketika kita selalu berpikir positif maka kata-kata yang
keluar dari mulut kita juga kata-kata positif, demikian juga sebaliknya.
Kata-kata anda itu membawa energi, maka pilihlah kata-kata
anda
Kata masalah
gantilah dengan tantangan
Kata Susah gantilah
dengan Menarik
Kata Aku tidak tahu
gantilah Ayo kita cari tahu
Ketika kita berbicara “masalah” kedua ujung bibir kita
turun, bahu tertunduk, maka kita akan merasa semakin berat dan tidak bisa
melihat solusi.
Tapi jika kita mengubahnya dengan “TANTANGAN”, kedua ujung
bibir kita tertarik, bahu tegap, maka nalar kita akan bekerja mencari solusi.
Pemilihan diksi (Kosa kata) adalah pencerminan diri kita
yang sesungguhnya
Pemilihan kata akan memberikan efek yang berbeda terhadap
kinerja otak. Maka kita perlu berhati-hati dalam memilih kata supaya hidup
lebih berenergi dan lebih bermakna.
Jika diri kita masih sering berpikiran negatif, maka
kemungkinan diksi (pilihan kata) kita juga kata-kata negatif, demikian juga
sebaliknya.
KOMUNIKASI DENGAN PASANGAN
Ketika berkomunikasi dengan orang dewasa lain, maka awali
dengan kesadaran bahwa “aku dan kamu” adalah 2 individu yang berbeda dan terima
hal itu.
Pasangan kita dilahirkaan oleh ayah ibu yang berbeda dengan
kita, tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang berbeda, belajar pada kelas
yang berbeda, mengalami hal-hal yang berbeda dan banyak lagi hal lainnya.
Maka sangat boleh jadi pasangan kita memiliki Frame of
Reference (FoR) dan Frame of Experience (FoE) yang berbeda dengan kita.
FoR adalah cara pandang, keyakinan, konsep dan tatanilai
yang dianut seseorang. Bisa berasal dari pendidikan ortu, bukubacaan,
pergaulan, indoktrinasi dll.
FoE adalah serangkaian kejadian yang dialami seseorang, yang
dapat membangun emosi dan sikap mental seseorang.
FoE dan FoR mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu
pesan/informasi yang datang kepadanya.
Jadi jika pasangan memiliki pendapat dan pandangan yang
berbeda atas sesuatu, ya tidak apa-apa, karena FoE dan FoR nya memang berbeda.
Komunikasi dilakukan untuk MEMBAGIKAN yang kutahu kepadamu,
sudut pandangku agar kau mengerti, dan demikian pula SEBALIKnya.
Komunikasi yang baik akan membentuk FoE/FoR ku dan FoE/FoR
mu ==> FoE/FoR KITA.
Sehingga ketika datang informasi akan dipahami secara sama
antara kita dan pasangan kita, ketika kita menyampaikan sesuatu, pasangan
akan menerima pesan kita itu seperti yang kita inginkan.
Komunikasi menjadi bermasalah ketika menjadi MEMAKSAKAN
pendapatku kepadamu, harus kau pakai sudut pandangku dan singkirkan sudut
pandangmu.
Pada diri seseorang ada komponen NALAR dan EMOSI; bila Nalar
panjang - Emosi kecil; bila Nalar pendek - Emosi tinggi
Komunikasi antara 2 orang dewasa berpijak pada Nalar.
Komunikasi yang sarat dengan aspek emosi terjadi pada
anak-anak atau orang yang sudah tua.
Maka bila Anda dan pasangan masih masuk kategori Dewasa
--sudah bukan anak-anak dan belum tua sekali-- maka selayaknya mengedepankan
Nalar daripada emosi, dasarkan pada fakta/data dan untuk problem solving.
Bila Emosi anda dan pasangan sedang tinggi, jeda sejenak,
redakan dulu ==> agar Nalar anda dan pasangan bisa berfungsi kembali dengan
baik.
Ketika Emosi berada di puncak amarah (artinya Nalar berada
di titik terendahnya) sesungguhnya TIDAK ADA komunikasi disana, tidak ada
sesuatu yang dibagikan; yang ada hanya suara yang bersahut-sahutan, saling
tindih berebut benar.
Ada beberapa kaidah yang dapat membantu meningkatkan
efektivitas dan produktivitas komunikasi Anda dan pasangan:
1. Kaidah 2C: Clear
and Clarify
Susunlah pesan yang ingin Anda sampaikan dengan kalimat yang
jelas (clear) sehingga mudah dipahami pasangan. Gunakan bahasa yang baik dan
nyaman bagi kedua belah pihak.
Berikan kesempatan kepada pasangan untuk bertanya,
mengklarifikasi (clarify) bila ada hal-hal yang tidak dipahaminya.
2. Choose the Right
Time
Pilihlah waktu dan suasana yang nyaman untuk menyampaikan
pesan. Anda yang paling tahu tentang hal ini. Meski demikian tidak ada salahnya
bertanya kepada pasangan waktu yang nyaman baginya berkomunikasi dengan anda,
suasana yang diinginkannya, dll.
3. Kaidah 7-38-55
Albert Mehrabian menyampaikan bahwa pada komunikasi yang
terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude) aspek verbal
(kata-kata) itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi.
Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi
adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%).
Anda tentu sudah paham mengenai hal ini. Bila pasangan anda
mengatakan "Aku jujur. Sumpah berani mati!" namun matanya
kesana-kemari tak berani menatap Anda, nada bicaranya mengambang maka pesan apa
yang Anda tangkap? Kata-kata atau bahasa tubuh dan intonasi yang lebih Anda
percayai?
Nah, demikian pula pasangan dalam menilai pesan yang Anda
sampaikan, mereka akan menilai kesesuaian kata-kata, intonasi dan bahasa tubuh
Anda.
4. Intensity of Eye
Contact
Pepatah mengatakan mata adalah jendela hati
Pada saat berkomunikasi tataplah mata pasangan dengan
lembut, itu akan memberikan kesan bahwa Anda terbuka, jujur, tak ada yang
ditutupi. Disisi lain, dengan menatap matanya Anda juga dapat mengetahui apakah
pasangan jujur, mengatakan apa adanya dan tak menutupi sesuatu apapun.
5. Kaidah: I'm
responsible for my communication results
Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab komunikator, si
pemberi pesan.
Jika si penerima pesan tidak paham atau salah memahami,
jangan salahkan ia, cari cara yang lain dan gunakan bahasa yang dipahaminya.
Perhatikan senantiasa responnya dari waktu ke waktu agar
Anda dapat segera mengubah strategi dan cara komunikasi bilamana diperlukan.
Keterlambatan memahami respon dapat berakibat timbulnya rasa jengkel pada salah
satu pihak atau bahkan keduanya.
KOMUNIKASI DENGAN
ANAK
Anak –anak itu memiliki gaya komunikasi yang unik.
Mungkin mereka tidak memahami perkataan kita, tetapi mereka
tidak pernah salah meng copy
Sehingga gaya komunikasi anak-anak kita itu bisa menjadi
cerminan gaya komunikasi orangtuanya.
Maka kitalah yang harus belajar gaya komunikasi yang
produktif dan efektif. Bukan kita yang memaksa anak-anak untuk memahami gaya
komunikasi orangtuanya.
Kita pernah menjadi anak-anak, tetapi anak-anak belum pernah
menjadi orangtua, sehingga sudah sangat wajar kalau kita yang harus memahami
mereka.
Bagaimana Caranya ?
a. Keep Information
Short & Simple (KISS)
Gunakan kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk
⛔Kalimat
tidak produktif :
“Nak, tolong setelah mandi handuknya langsung dijemur
kemudian taruh baju kotor di mesin cuci ya, sisirlah rambutmu, dan jangan lupa
rapikan tempat tidurmu.
✅Kalimat
Produktif :
“Nak, setelah mandi handuknya langsung dijemur ya” (
biarkan aktivitas ini selesai dilakukan anak, baru anda berikan informasi yang
lain)
b. Kendalikan
intonasi suara dan gunakan suara ramah
Masih ingat dengan rumus 7-38-55 ? selama ini kita sering
menggunakan suara saja ketika berbicara ke anak, yang ternyata hanya 7%
mempengaruhi keberhasilan komunikasi kita ke anak. 38% dipengaruhi intonasi
suara dan 55% dipengaruhi bahasa tubuh
⛔Kalimat
tidak produktif:
“Ambilkan buku itu !” ( tanpa senyum, tanpa menatap
wajahnya)
✅Kalimat
Produktif :
“Nak, tolong ambilkan buku itu ya” (suara lembut ,
tersenyum, menatap wajahnya)
Hasil perintah pada poin 1 dengan 2 akan berbeda. Pada poin
1, anak akan mengambilkan buku dengan cemberut. Sedangkan poin 2, anak akan
mengambilkan buku senang hati.
c. Katakan apa
yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan
⛔Kalimat
tidak produktif :
“Nak, Ibu tidak ingin kamu ngegame terus sampai lupa sholat,
lupa belajar !”
✅Kalimat
produktif :
“Nak, Ibu ingin kamu sholat tepat waktu dan rajin belajar”
d. Fokus ke
depan, bukan masa lalu
⛔Kalimat
tidak produktif :
“Nilai matematikamu jelek sekali,Cuma dapat 6! Itu kan
gara-gara kamu ngegame terus,sampai lupa waktu,lupa belajar, lupa PR. Ibu juga
bilang apa. Makanya nurut sama Ibu biar nilai tidak jeblok. Kamu sih nggak mau
belajar sungguh-sungguh, Ibu jengkel!”
✅Kalimat
produktif :
“Ibu lihat nilai rapotmu, hasilnya tidak sesuai dengan yang
diharapkan, ada yang bisa ibu bantu? Sehingga kamu bisa mengubah strategi
belajar menjadi lebih baik lagi”
e. Ganti kata ‘TIDAK
BISA” menjadi “BISA”
Otak kita akan bekerja seseai kosa kata. Jika kita
mengatakan “tidak bisa” maka otak akan bekerja mengumpulkan data-data pendukung
faktor ketidakbisaan tersebut. Setelah semua data faktor penyebab ketidakbisaan
kita terkumpul , maka kita malas mengerjakan hal tersebut yang pada akhirnya
menyebabkan ketidakbisaan sesungguhnya. Begitu pula dengan kata “BISA” akan
membukakan jalan otak untuk mencari faktor-faktor penyebab bisa tersebut, pada
akhirnya kita BISA menjalankannya.
f. Fokus pada solusi
bukan pada masalah
⛔Kalimat
tidak produktif :
“Kamu itu memang tidak pernah hati-hati, sudah berulangkali
ibu ingatkan, kembalikan mainan pada tempatnya, tidak juga dikembalikan,
sekarang hilang lagi kan, rasain sendiri!”
✅Kalimat
produktif:
“ Ibu sudah ingatkan cara mengembalikan mainan pada
tempatnya, sekarang kita belajar memasukkan setiap kategori mainan dalam satu
tempat. Kamu boleh ambil mainan di kotak lain, dengan syarat masukkan mainan
sebelumnya pada kotaknya terlebih dahulu”.
g. Jelas dalam
memberikan pujian dan kritikan
Berikanlah pujian dan kritikan dengan menyebutkan
perbuatan/sikap apa saja yang perlu dipuji dan yang perlu dikritik. Bukan hanya
sekedar memberikan kata pujian dan asal kritik saja. Sehingga kita mengkritik
sikap/perbuatannya bukan mengkritik pribadi anak tersebut.
⛔Pujian/Kritikan
tidak produktif:
“Waah anak hebat, keren banget sih”
“Aduuh, nyebelin banget sih kamu”
✅Pujian/Kritikan
produktif:
“Mas, caramu menyambut tamu Bapak/Ibu tadi pagi keren
banget, sangat beradab, terima kasih ya nak”
“Kak, bahasa tubuhmu saat kita berbincang-bincang dengan
tamu Bapak/Ibu tadi sungguh sangat mengganggu, bisakah kamu perbaiki lagi?”
h. Gantilah nasihat
menjadi refleksi pengalaman
⛔Kalimat
Tidak Produktif:
“Makanya jadi anak jangan malas, malam saat mau tidur,
siapkan apa yang harus kamu bawa, sehingga pagi tinggal berangkat”
✅Kalimat
Produktif:
“Ibu dulu pernah merasakan tertinggal barang yang sangat
penting seperti kamu saat ini, rasanya sedih dan kecewa banget, makanya ibu
selalu mempersiapkan segala sesuatunya di malam hari menjelang tidur.
i. Gantilah kalimat interogasi dengan pernyataan observasi
⛔Kalimat
tidak produktif :
“Belajar apa hari ini di sekolah? Main apa saja tadi di
sekolah?
✅Kalimat
produktif :
“ Ibu lihat matamu berbinar sekali hari ini,sepertinya
bahagia sekali di sekolah, boleh berbagi kebahagiaan dengan ibu?”
j. Ganti kalimat yang
Menolak/Mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati
⛔Kalimat
tidak produktif :
"Masa sih cuma jalan segitu aja capek?"
✅kalimat
produktif :
kakak capek ya? Apa yang paling membuatmu lelah dari
perjalanan kita hari ini?
k. Ganti perintah
dengan pilihan
⛔kalimat
tidak produktif :
“ Mandi sekarang ya kak!”
✅Kalimat
produktif :
“Kak 30 menit lagi kita akan berangkat, mau
melanjutkan main 5 menit lagi, baru mandi, atau mandi sekarang, kemudian
bisa melanjutkan main sampai kita semua siap berangkat
Salam Ibu Profesional,
/Tim Bunda Sayang IIP/
Sumber bacaan:
Albert Mehrabian, Silent Message : Implicit Communication of
Emotions and attitudes, e book, paperback,2000
Dodik mariyanto, Padepokan Margosari : Komunikasi Pasangan,
artikel, 2015
Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Komunikasi
Produktif, Gaza Media, 201 4
Hasil wawancara dengan Septi Peni Wulandani tentang pola
komunikasi di Padepokan Margosari
0 komentar