MISI SPESIFIK HIDUP DAN PRODUKTIVITAS (Materi Matrikulasi IIP Batch#3)
Thursday, March 16, 2017
😍RESUME MATERI😍 Matrikulasi Ibu Profesional batch #3 sesi #8
Fasilitator : Bunda Zainab Dwi Ujiani
Notulen: Martha Gusria
MISI SPESIFIK HIDUP DAN PRODUKTIVITAS
Bunda, perjalanan kita untuk menemukan misi hidup selaras dengan perjalanan produktivitas hidup kita. Maka materi menemukan misi hidup ini, akan menjadi materi pokok di kelas bunda produktif.
Sebelumnya kita sudah memahami bahwa “Rejeki itu pasti, Kemuliaan yang harus dicari”. Sehingga produktivitas hidup kita ini tidak akan selalu diukur dengan berapa rupiah yang akan kita terima , melainkan seberapa meningkat kemuliaan hidup kita dimata Allah dan seberapa manfaat hidup kita bagi alam semesta.
Be Professional, Rejeki will Follow
Tagline Ibu Profesional di atas menjadi semakin mudah dipahami ketika kita masuk ranah produktif ini. “Be Professional” diartikan sebagai bersungguh-sungguh menjalankan peran. Kesungguhan dan keistiqomahan seseorang dalam menjalankan peran hidupnya akan meningkatkan kemuliaan dirinya di mata Allah dan kebermanfaatan untuk sesama.
“Rejeki will follow’ bisa dimaknai bahwa rejeki setiap orang itu sudah pasti, yang membedakan adalah nilai kemanfaatan dan keberkahannya seiring dengan bersungguh-sungguh tidaknya seseorang menjalankan apa yang dia BISA dan SUKA.
Uang akan mengikuti sebuah kesungguhan , bukan bersungguh-sungguh karena uang
Pada dasarnya menemukan misi hidup itu tidak ada hubungannya dengan usia seseorang. Semakin awal seseorang merasa “galau” kemana arah hidupnya, semakin “risau” untuk mencari sebuah jawaban “mengapa Allah menciptakan dirinya di muka bumi ini?” maka semakin cepat akan menemukan misi hidup.
Kalau di pendidikan berbasis fitrah, proses ini secara alamiah akan dialami oleh anak-anak pre aqil baligh akhir ( sekitar 10-13 th) dan memasuki taraf aqil baligh ( usia 14 th ke atas). Maka kalau sampai hari ini ternyata kita masih galau dengan misi hidup kita, maka bersyukurlah, karena kita jadi tahu kesalahan proses pendidikan kita sebelumnya, dan tidak perlu lagi mengalami hal tersebut di saat usia paruh baya yang secara umum dialami oleh sebagian manusia yang disebut sebagai (mid-life crisis).
Maka sekarang, jalankan saja yang anda BISA dan SUKA tanpa pikir panjang, karena Allah pasti punya maksud tertentu ketika memberikan kepada kita sebuah kemampuan. Apabila kita jalankan terus menerus, kemungkinan itulah misi hidup kita.
Seseorang yang sudah menemukan misi hidup tsb apabila menjalankan aktivitas produktif akan lebih bermakna, karena keproduktivitasannya digunakan untuk mewujudkan misi-misi hidupnya. Sehingga selalu memiliki ciri-ciri :
a. Selalu bersemangat dengan mata berbinar-binar
b. energi positifnya selalu muncul, rasanya tidak pernah capek.
c. rasa ingin tahunya tinggi, membuat semangat belajar tinggi
d. Imunitas tubuh naik, sehingga jarang sakit, karena bahagia itu imunitas tubuh yang paling tinggi.
Ada 3 elemen yang harus kita ketahui berkaitan dengan misi hidup dan produktivitas :
a. Kita ingin menjadi apa (be)
b. Kita ingin melakukan apa (do)
c. kita ingin memiliki apa (have)
Dari aspek dimensi waktu ada 3 periode yang perlu kita perhatikan :
a. Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu kehidupan kita (lifetime purpose)
b.Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu 5-10 tahunke depan ( strategic plan)
c. Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu satu tahun ( new year resolution)
Setelah mendapatkan jawaban-jawaban dari pertanyaan di atas, maka mulailah berkomitmen untuk “BERUBAH” dari kebiasaan-kebiasaan yang anda pikir memang harus diubah.
Berikutnya mulai susun langkah-langkah usaha apa saja yang bisa kita lakukan untuk menunjang sebuah produktivitas hidup kita.Mulailah dengan menetapkan target waktu dan jadwal kegiatan selama satu tahun, serta menentukan ukuran atau indikator keberhasilan dalam setiap kegiatan yang kita lakukan.Buatlah prioritas dan pilih hal-hal yang memang kita perlukan. Hindari membuat daftar yang terlalu panjang, karena hal tersebut membuat kita “gagal fokus”.
Demikian sekilas tentang pentingnya misi hidup dengan produktivitas, silakan dibuka diskusi dan nanti kami akan lebih detilkan materi ini secara real di nice homework #8 berbasis dari kekuatan diri teman-teman yang sudah dituliskan di Nice homework #7.
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/
Sumber bacaan:
Antologi para Ibu Profesional, BUNDA PRODUKTIF, 2014
Materi Matrikulasi IIP, Bunda Produktif, 2017
Materi kuliah rutin Ibu Profesional, kelas bunda produktif, Salatiga, 2015
😎DISKUSI😎
1⃣Dhita - Pontianak
Hmm yang sy tangkap produktivitas dlm materi ini (juga materi sebelumnya) produktivitas dlm hal materi ya... Betul begitu kah?? Krn ada kalimat "uang akan mengikuti sebuah kesungguhan........" 🙈
Hmm jadi kalo memilih bekerja di ranah domestik dan belum punya bakat bisnis, bagaimana caranya menjadi bunda produktif ya?
Jawaban :
Hai Bund Dhita 😊
🙏 justru "Produktivitas" yg dimaksud di materi 8 adalah TIDAK SELALU diukur dengan berapa rupiah (uang) yg kita terima, melainkan seberapa meningkat KEMULIAAN HIDUP kita dimata Alloh dan seberapa besar MANFAAT HIDUP kita bagi sesama dan alam semesta.
Kalimat uang akan mengikuti sebuah kesungguhan.. bs bermakna sebagai motivasi bahwa jika kita bersungguh2 dgn peran yg kita lakukan, maka yakinlah rezeki dalam bentuk apapun termasuk uang akan mengikut. Sudah banyak contoh nyata di sekitar kita. Sebagai contoh Bu Septi yg memutuskan berhenti dari PNS untuk fokus mendidik dan membesarkan anak2nya, hasil dari pengorbanan dan dedikasinya bs kita rasakan hasilnya saat ini. Itu juga bs dikatakan produktivitas bukan?✅
2. Dari bunda @Is wahyuni ummu syawqi
Bunda fasil, sy mau tanya. Di NHW#7 kmrn sy blm bs mengkorelasikan hasilTM dng aktivitas di kuadran. Indikator apa yang menjadi acuan bahwa kita BISA dalam aktivitas tersebut? Apakah hanya sekedar BISA atau sudah mendapatkan pengakuan dari sekitar kita. Misalnya, saya tuliskan di kuadran 1 aktivitas menulis, tapi saya merasa tidak pede mengatakan saya bisa menulis, padahal saya ingin fokus di aktivitas menulis ini. Apakah saya harus memindahkannya di kuadran 2 saja? Terima kasih bunda…
Is wahyuni_ Parepare
Kepada bunda @Zaenab Dwi Ujiani dipersilahkn
Tanggapan:
Bund Is Wahyuni jawaban.detainya ada dimateri 8 diatas bund 🙏
Indikatornya apa yg kita suka, membuat kita berbibar2, mampu dan punya semangat yg tak pernah padam.✅
3.bagaimana maksudnya kisah bunda Zainab dari fase bunpro menuju bunsay?
Tanggapan:
Mgkin ada yg bertanya kok bunda tulis dari bunda produktif --> bunda sayang?
Iyya krn saat itu saya sedang bersemangat menggapai cita2 menjadi seorang dosen peneliti.
Saat itu Anak sebentar lagi masuk 1,5 tahun namun tanda2 hamil lagi belum nampak, makanya terfikir inilah waktu yg tepat melanjutkan cita2. Semoga bs kelar kuliah, baru hamil lagi. Ternyata Alloh berkehendak lain, baru 3 bulan menjalani perkuliahan ternyata diamanahi janin dalam rahim. Tapi alhamdulillah saya jalani dgn penuh perjuangan seperti yg saya tuliskan diblog. Belum kelar 2 tahun kuliah, saya diamanahi lagi anak ke3. Jd bs dikatakan merasakan hamil 2x dalam 4 semester perkuliahan. Namun alhamdulillah semua bs dilalui dan selesai tepat pada waktunya. Tak percaya bs menjalaninya bersamaan, namun saya percaya ini hanya karena pertolongan dan kemurahan Alloh pada kami 😭😭
Keputusan2 yg saya ambil tidak semudah itu, saya selalu mengandalkan hati nurani, istikharah hingga musyawarah dgn keluarga.
Jd setelah menggapai cita2 saya (saya anggap masuk ranah bunda produktif), ternyata kondisi mengharuskan saya memilih kembali memperkuat bunda sayang dulu. Saat saya berada di bunda produktif namun belum tuntas di bunda sayang maka kegalauan dan kebimbangan yg saya rasakan. Seperti ada bisikan halus dari hati nurani saya yg mengatakan "apa yg kau cari di hidup ini?, apa yg akan kau pertanggungjawabkan dihadapan Alloh tentang pengasuhan dan pendidikan anak2mu?" Yang jelas bisikan2 ini menyebabkan saya mencari jawabannya dalam istikharah. Dan keputusan kembali ke ranah domestik menjadi keputusan terbaik saya. Berat namun ada lega dan tenang mengiringi hari2 saya setelahnya.
Klo tidak salah ini masuk tahun ke 2 setelah keputusan saya itu, saya melihat ada resolusi 2014 yg saya tulis saat masih sibuk diranah publik dulu ternyata justru bisa terealisasi saat kembali ke ranah domestik. Saya merasa Alloh menggantikan yg lebih baik apa yg saya tinggalkan dulu 😊
Pengalaman ini dishare hanya bermaksud mberikan inspirasi dan pelajaran bahwa jika Produktivitas yg kita kejar namun mengabaikan/menomorsekiankan kewajiban utama kita (amanahNya), maka akan ada kegalauan/ketidakseimbangan yg dirasakan. Lain halnya jika kita masuk ke ranah bunda produktif ketika sudah tuntas dgn tahapan sebelumnya bunda sayang dan bunda cekatan. InsyaAlloh produktivitas yg kita lakukan tanpa meninggalkan beban dibelakangnya. Dan itu sudah dibuktikan oleh Bu Septi sehingga role mode kita sudah ada.
Namun bukan berarti dgn.begitu kemudian kita berbondong2 mengikuti persis jejak2 mereka karena setiap orang punya jalan hidup masing2, lebih mengetahui apa yg terbaik buatnya. Namun satu yg menjadi patokan kita bersama dalam menjemput rezeki ataupun menjadi produktif bahwa :
"REZEKI ITU PASTI, KEMULIAAN YANG KITA CARI"
Allah menjamin rejeki kita, maka melupakan ketaatan padaNya, mengorbankan amanahNya, demi mengejar sesuatu yang sudah dijaminNya, adalah kekeliruan besar✅
4. Jd galau saiia bun krn sy bekerja diranah publik😭😭terkadang ada fase2 dmn sy merasa bosan dan jenuh dgn pekerjaan dan ingin sepenuhnya kembali mjd irt biasa,,tp terkadang msh kalah sm ego dan fikiran2 yg ntahlah..sehingga muncul lg keinginan harus ttp bekerja..terkadang teori tdk semudah mempraktekan🙃🙃😭
(Bunda mimi)
Tanggapan:
Betul bund PRAKTEKnya tak SEMUDAH TEORInya. Diperlukan keyakinan, keberanian dan kesungguhan di dalamnya. Mintalah petunjuk sama Alloh apa yg terbaik buat kita, krn kondisi yg sama.tidak akan selalu memiliki solusi yg sama. Ada banyak contoh ibu2 IIP yg memilih resign dari ranah produktif untuk bs fokus memperkuat ranah domestik, namun banyak pula ibu2 IIP tetap bertahan di ranah publik namun tetap mampu TUNTAS dgn ranah domestiknya ✅
5. Bunda zaenab, dengan bertambahnya usia sebagai ibu, katakanlah kalo lebih memilih di ranah domestik full selama 10 tahun menemani anak- anak, sementara bunda zaenab bercita-cita di ranah publik sebagai dosen peneliti.
Sementara ilmu dan tekonlogi berkembang terus setiap hari. Bagaimana cara menaikkan skill yg tidak bisa didapatkan dari ranah domestik setiap hari, sehingga bisa tetap compete dg yg lain kira2 10 tahun mendatang, sedangkan mereka berkarier dan belajar setiap hari?
Untuk bunda septi, saya bisa memahami bahwa memang pengalamannya dan ilmunya mendidik anak2 yg beliau tularkan.
Tapi untuk bidang lain, yg kita inginkan, dan terus berkembang setiap hari, saya masih belum ada bayangan bagaimana cara mengejar ketertinggalan dr temen2 yg lain, apabila bertahun2 kita tinggalkan untuk fokus ke rumah tangga
Kalo bisa sharing, mohon sharing pendapatnya ya bunda zaenab dan temen2 yg lain
(Bunda Ria)
Tanggapan:
Cita2 saya sebagai dosen peneliti sudah saya rasakan bund, alhamdulillah penelitian tsb sementara saya bukukan. Doakan moga tahun ini bs terbit. 😊Namun ketika saya sudah mendapatkannya, saya merasa ada kewajiban yg tidak maksimal. Setelah bertemu dgn IIP, saya mendapatkan pencerahan sehingga cita2 saya berikutnya dibidang parenting adalah mencetak anak2 sholeh dan sholehah, masuk syurga sekeluarga. Dibidang literasi : menulis buku yg menginspirasi (on proses), membuka rumah baca dan menularkan virus baca (✅)
Lewat perkuliahan di IIP saya merasa on track. Untuk parenting masih berada di 0 km, berharap minimal 4-5 tahun berproses ✅
Diri saya sebagai contoh, setelah sampai ke cita2 saya, ternyata ada fitrah sebagai orgtua yg memanggil saya untuk kembali memaksimalkan peran ini. Sehingga saya memutuskan beralih ke bidang lain. Namun apa yg saya raih dulu insyaAlloh tidak sia2, ilmu tsb masih berguna buat saya dan orglain. Dikemudian hari pun jika Alloh menghendaki, saya bs kembali berkiprah dibidang tsb. Pernah terfikir untuk menuliskan buku dibidang sains agar ilmu yg saya dapatkan dibangku perkuliahan bs bermanfaat buat orglain juga.✅
Intinya saya berusaha mensinergikan misi hidup saya pribadi dan misi hidup keluarga saya dalam 1 frame agar tak ada yg dikorbankan.✅
Oiy, ada 1 hal juga yg perlu diperhatikan bahwa produktivitas tidak melulu harus berada di ranah publik, bisa jadi yg berada diranah domestik lebih produktif ataupun sebaliknya menganggap bahwa berada diranah domestik sudah pasti maksimal n anak. Bisa jadi berada di ranah domestik namun tak maksimal membersamai anak. ✅
Fasilitator : Bunda Zainab Dwi Ujiani
Notulen: Martha Gusria
MISI SPESIFIK HIDUP DAN PRODUKTIVITAS
Bunda, perjalanan kita untuk menemukan misi hidup selaras dengan perjalanan produktivitas hidup kita. Maka materi menemukan misi hidup ini, akan menjadi materi pokok di kelas bunda produktif.
Sebelumnya kita sudah memahami bahwa “Rejeki itu pasti, Kemuliaan yang harus dicari”. Sehingga produktivitas hidup kita ini tidak akan selalu diukur dengan berapa rupiah yang akan kita terima , melainkan seberapa meningkat kemuliaan hidup kita dimata Allah dan seberapa manfaat hidup kita bagi alam semesta.
Be Professional, Rejeki will Follow
Tagline Ibu Profesional di atas menjadi semakin mudah dipahami ketika kita masuk ranah produktif ini. “Be Professional” diartikan sebagai bersungguh-sungguh menjalankan peran. Kesungguhan dan keistiqomahan seseorang dalam menjalankan peran hidupnya akan meningkatkan kemuliaan dirinya di mata Allah dan kebermanfaatan untuk sesama.
“Rejeki will follow’ bisa dimaknai bahwa rejeki setiap orang itu sudah pasti, yang membedakan adalah nilai kemanfaatan dan keberkahannya seiring dengan bersungguh-sungguh tidaknya seseorang menjalankan apa yang dia BISA dan SUKA.
Uang akan mengikuti sebuah kesungguhan , bukan bersungguh-sungguh karena uang
Pada dasarnya menemukan misi hidup itu tidak ada hubungannya dengan usia seseorang. Semakin awal seseorang merasa “galau” kemana arah hidupnya, semakin “risau” untuk mencari sebuah jawaban “mengapa Allah menciptakan dirinya di muka bumi ini?” maka semakin cepat akan menemukan misi hidup.
Kalau di pendidikan berbasis fitrah, proses ini secara alamiah akan dialami oleh anak-anak pre aqil baligh akhir ( sekitar 10-13 th) dan memasuki taraf aqil baligh ( usia 14 th ke atas). Maka kalau sampai hari ini ternyata kita masih galau dengan misi hidup kita, maka bersyukurlah, karena kita jadi tahu kesalahan proses pendidikan kita sebelumnya, dan tidak perlu lagi mengalami hal tersebut di saat usia paruh baya yang secara umum dialami oleh sebagian manusia yang disebut sebagai (mid-life crisis).
Maka sekarang, jalankan saja yang anda BISA dan SUKA tanpa pikir panjang, karena Allah pasti punya maksud tertentu ketika memberikan kepada kita sebuah kemampuan. Apabila kita jalankan terus menerus, kemungkinan itulah misi hidup kita.
Seseorang yang sudah menemukan misi hidup tsb apabila menjalankan aktivitas produktif akan lebih bermakna, karena keproduktivitasannya digunakan untuk mewujudkan misi-misi hidupnya. Sehingga selalu memiliki ciri-ciri :
a. Selalu bersemangat dengan mata berbinar-binar
b. energi positifnya selalu muncul, rasanya tidak pernah capek.
c. rasa ingin tahunya tinggi, membuat semangat belajar tinggi
d. Imunitas tubuh naik, sehingga jarang sakit, karena bahagia itu imunitas tubuh yang paling tinggi.
Ada 3 elemen yang harus kita ketahui berkaitan dengan misi hidup dan produktivitas :
a. Kita ingin menjadi apa (be)
b. Kita ingin melakukan apa (do)
c. kita ingin memiliki apa (have)
Dari aspek dimensi waktu ada 3 periode yang perlu kita perhatikan :
a. Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu kehidupan kita (lifetime purpose)
b.Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu 5-10 tahunke depan ( strategic plan)
c. Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu satu tahun ( new year resolution)
Setelah mendapatkan jawaban-jawaban dari pertanyaan di atas, maka mulailah berkomitmen untuk “BERUBAH” dari kebiasaan-kebiasaan yang anda pikir memang harus diubah.
Berikutnya mulai susun langkah-langkah usaha apa saja yang bisa kita lakukan untuk menunjang sebuah produktivitas hidup kita.Mulailah dengan menetapkan target waktu dan jadwal kegiatan selama satu tahun, serta menentukan ukuran atau indikator keberhasilan dalam setiap kegiatan yang kita lakukan.Buatlah prioritas dan pilih hal-hal yang memang kita perlukan. Hindari membuat daftar yang terlalu panjang, karena hal tersebut membuat kita “gagal fokus”.
Demikian sekilas tentang pentingnya misi hidup dengan produktivitas, silakan dibuka diskusi dan nanti kami akan lebih detilkan materi ini secara real di nice homework #8 berbasis dari kekuatan diri teman-teman yang sudah dituliskan di Nice homework #7.
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/
Sumber bacaan:
Antologi para Ibu Profesional, BUNDA PRODUKTIF, 2014
Materi Matrikulasi IIP, Bunda Produktif, 2017
Materi kuliah rutin Ibu Profesional, kelas bunda produktif, Salatiga, 2015
😎DISKUSI😎
1⃣Dhita - Pontianak
Hmm yang sy tangkap produktivitas dlm materi ini (juga materi sebelumnya) produktivitas dlm hal materi ya... Betul begitu kah?? Krn ada kalimat "uang akan mengikuti sebuah kesungguhan........" 🙈
Hmm jadi kalo memilih bekerja di ranah domestik dan belum punya bakat bisnis, bagaimana caranya menjadi bunda produktif ya?
Jawaban :
Hai Bund Dhita 😊
🙏 justru "Produktivitas" yg dimaksud di materi 8 adalah TIDAK SELALU diukur dengan berapa rupiah (uang) yg kita terima, melainkan seberapa meningkat KEMULIAAN HIDUP kita dimata Alloh dan seberapa besar MANFAAT HIDUP kita bagi sesama dan alam semesta.
Kalimat uang akan mengikuti sebuah kesungguhan.. bs bermakna sebagai motivasi bahwa jika kita bersungguh2 dgn peran yg kita lakukan, maka yakinlah rezeki dalam bentuk apapun termasuk uang akan mengikut. Sudah banyak contoh nyata di sekitar kita. Sebagai contoh Bu Septi yg memutuskan berhenti dari PNS untuk fokus mendidik dan membesarkan anak2nya, hasil dari pengorbanan dan dedikasinya bs kita rasakan hasilnya saat ini. Itu juga bs dikatakan produktivitas bukan?✅
2. Dari bunda @Is wahyuni ummu syawqi
Bunda fasil, sy mau tanya. Di NHW#7 kmrn sy blm bs mengkorelasikan hasilTM dng aktivitas di kuadran. Indikator apa yang menjadi acuan bahwa kita BISA dalam aktivitas tersebut? Apakah hanya sekedar BISA atau sudah mendapatkan pengakuan dari sekitar kita. Misalnya, saya tuliskan di kuadran 1 aktivitas menulis, tapi saya merasa tidak pede mengatakan saya bisa menulis, padahal saya ingin fokus di aktivitas menulis ini. Apakah saya harus memindahkannya di kuadran 2 saja? Terima kasih bunda…
Is wahyuni_ Parepare
Kepada bunda @Zaenab Dwi Ujiani dipersilahkn
Tanggapan:
Bund Is Wahyuni jawaban.detainya ada dimateri 8 diatas bund 🙏
Indikatornya apa yg kita suka, membuat kita berbibar2, mampu dan punya semangat yg tak pernah padam.✅
3.bagaimana maksudnya kisah bunda Zainab dari fase bunpro menuju bunsay?
Tanggapan:
Mgkin ada yg bertanya kok bunda tulis dari bunda produktif --> bunda sayang?
Iyya krn saat itu saya sedang bersemangat menggapai cita2 menjadi seorang dosen peneliti.
Saat itu Anak sebentar lagi masuk 1,5 tahun namun tanda2 hamil lagi belum nampak, makanya terfikir inilah waktu yg tepat melanjutkan cita2. Semoga bs kelar kuliah, baru hamil lagi. Ternyata Alloh berkehendak lain, baru 3 bulan menjalani perkuliahan ternyata diamanahi janin dalam rahim. Tapi alhamdulillah saya jalani dgn penuh perjuangan seperti yg saya tuliskan diblog. Belum kelar 2 tahun kuliah, saya diamanahi lagi anak ke3. Jd bs dikatakan merasakan hamil 2x dalam 4 semester perkuliahan. Namun alhamdulillah semua bs dilalui dan selesai tepat pada waktunya. Tak percaya bs menjalaninya bersamaan, namun saya percaya ini hanya karena pertolongan dan kemurahan Alloh pada kami 😭😭
Keputusan2 yg saya ambil tidak semudah itu, saya selalu mengandalkan hati nurani, istikharah hingga musyawarah dgn keluarga.
Jd setelah menggapai cita2 saya (saya anggap masuk ranah bunda produktif), ternyata kondisi mengharuskan saya memilih kembali memperkuat bunda sayang dulu. Saat saya berada di bunda produktif namun belum tuntas di bunda sayang maka kegalauan dan kebimbangan yg saya rasakan. Seperti ada bisikan halus dari hati nurani saya yg mengatakan "apa yg kau cari di hidup ini?, apa yg akan kau pertanggungjawabkan dihadapan Alloh tentang pengasuhan dan pendidikan anak2mu?" Yang jelas bisikan2 ini menyebabkan saya mencari jawabannya dalam istikharah. Dan keputusan kembali ke ranah domestik menjadi keputusan terbaik saya. Berat namun ada lega dan tenang mengiringi hari2 saya setelahnya.
Klo tidak salah ini masuk tahun ke 2 setelah keputusan saya itu, saya melihat ada resolusi 2014 yg saya tulis saat masih sibuk diranah publik dulu ternyata justru bisa terealisasi saat kembali ke ranah domestik. Saya merasa Alloh menggantikan yg lebih baik apa yg saya tinggalkan dulu 😊
Pengalaman ini dishare hanya bermaksud mberikan inspirasi dan pelajaran bahwa jika Produktivitas yg kita kejar namun mengabaikan/menomorsekiankan kewajiban utama kita (amanahNya), maka akan ada kegalauan/ketidakseimbangan yg dirasakan. Lain halnya jika kita masuk ke ranah bunda produktif ketika sudah tuntas dgn tahapan sebelumnya bunda sayang dan bunda cekatan. InsyaAlloh produktivitas yg kita lakukan tanpa meninggalkan beban dibelakangnya. Dan itu sudah dibuktikan oleh Bu Septi sehingga role mode kita sudah ada.
Namun bukan berarti dgn.begitu kemudian kita berbondong2 mengikuti persis jejak2 mereka karena setiap orang punya jalan hidup masing2, lebih mengetahui apa yg terbaik buatnya. Namun satu yg menjadi patokan kita bersama dalam menjemput rezeki ataupun menjadi produktif bahwa :
"REZEKI ITU PASTI, KEMULIAAN YANG KITA CARI"
Allah menjamin rejeki kita, maka melupakan ketaatan padaNya, mengorbankan amanahNya, demi mengejar sesuatu yang sudah dijaminNya, adalah kekeliruan besar✅
4. Jd galau saiia bun krn sy bekerja diranah publik😭😭terkadang ada fase2 dmn sy merasa bosan dan jenuh dgn pekerjaan dan ingin sepenuhnya kembali mjd irt biasa,,tp terkadang msh kalah sm ego dan fikiran2 yg ntahlah..sehingga muncul lg keinginan harus ttp bekerja..terkadang teori tdk semudah mempraktekan🙃🙃😭
(Bunda mimi)
Tanggapan:
Betul bund PRAKTEKnya tak SEMUDAH TEORInya. Diperlukan keyakinan, keberanian dan kesungguhan di dalamnya. Mintalah petunjuk sama Alloh apa yg terbaik buat kita, krn kondisi yg sama.tidak akan selalu memiliki solusi yg sama. Ada banyak contoh ibu2 IIP yg memilih resign dari ranah produktif untuk bs fokus memperkuat ranah domestik, namun banyak pula ibu2 IIP tetap bertahan di ranah publik namun tetap mampu TUNTAS dgn ranah domestiknya ✅
5. Bunda zaenab, dengan bertambahnya usia sebagai ibu, katakanlah kalo lebih memilih di ranah domestik full selama 10 tahun menemani anak- anak, sementara bunda zaenab bercita-cita di ranah publik sebagai dosen peneliti.
Sementara ilmu dan tekonlogi berkembang terus setiap hari. Bagaimana cara menaikkan skill yg tidak bisa didapatkan dari ranah domestik setiap hari, sehingga bisa tetap compete dg yg lain kira2 10 tahun mendatang, sedangkan mereka berkarier dan belajar setiap hari?
Untuk bunda septi, saya bisa memahami bahwa memang pengalamannya dan ilmunya mendidik anak2 yg beliau tularkan.
Tapi untuk bidang lain, yg kita inginkan, dan terus berkembang setiap hari, saya masih belum ada bayangan bagaimana cara mengejar ketertinggalan dr temen2 yg lain, apabila bertahun2 kita tinggalkan untuk fokus ke rumah tangga
Kalo bisa sharing, mohon sharing pendapatnya ya bunda zaenab dan temen2 yg lain
(Bunda Ria)
Tanggapan:
Cita2 saya sebagai dosen peneliti sudah saya rasakan bund, alhamdulillah penelitian tsb sementara saya bukukan. Doakan moga tahun ini bs terbit. 😊Namun ketika saya sudah mendapatkannya, saya merasa ada kewajiban yg tidak maksimal. Setelah bertemu dgn IIP, saya mendapatkan pencerahan sehingga cita2 saya berikutnya dibidang parenting adalah mencetak anak2 sholeh dan sholehah, masuk syurga sekeluarga. Dibidang literasi : menulis buku yg menginspirasi (on proses), membuka rumah baca dan menularkan virus baca (✅)
Lewat perkuliahan di IIP saya merasa on track. Untuk parenting masih berada di 0 km, berharap minimal 4-5 tahun berproses ✅
Diri saya sebagai contoh, setelah sampai ke cita2 saya, ternyata ada fitrah sebagai orgtua yg memanggil saya untuk kembali memaksimalkan peran ini. Sehingga saya memutuskan beralih ke bidang lain. Namun apa yg saya raih dulu insyaAlloh tidak sia2, ilmu tsb masih berguna buat saya dan orglain. Dikemudian hari pun jika Alloh menghendaki, saya bs kembali berkiprah dibidang tsb. Pernah terfikir untuk menuliskan buku dibidang sains agar ilmu yg saya dapatkan dibangku perkuliahan bs bermanfaat buat orglain juga.✅
Intinya saya berusaha mensinergikan misi hidup saya pribadi dan misi hidup keluarga saya dalam 1 frame agar tak ada yg dikorbankan.✅
Oiy, ada 1 hal juga yg perlu diperhatikan bahwa produktivitas tidak melulu harus berada di ranah publik, bisa jadi yg berada diranah domestik lebih produktif ataupun sebaliknya menganggap bahwa berada diranah domestik sudah pasti maksimal n anak. Bisa jadi berada di ranah domestik namun tak maksimal membersamai anak. ✅
0 komentar