Ibu Manager Handal Keluarga (Materi Matrikulasi #6 Kelas Matrikulasi Batch#3)

Wednesday, March 01, 2017

RESUME MATERI Matrikulasi Ibu Profesional  Sesi  6
JUDUL MATERI : IBU MANAJER KELUARGA HANDAL
Fasilitator : Zaenab Dwi U dan Ina Sinardi
Notulen : Siwi Puspitawati

------IBU MANAJER HANDAL KELUARGA-----

Motivasi Bekerja Ibu

Ibu rumah tangga adalah sebutan yang biasa kita dengar untuk ibu yang bekerja di ranah domestik. Sedangkan Ibu Bekerja adalah sebutan untuk ibu yang bekerja di ranah publik. Maka melihat definisi di atas, sejatinya semua ibu adalah ibu bekerja yang wajib professional menjalankan aktivitas di kedua ranah tersebut, baik domestik maupun publik.
Apapun ranah bekerja yang ibu pilih, memerlukan satu syarat yang sama, yaitu

kita harus “SELESAI” dengan management rumah tangga kita

Kita harus merasakan rumah kita itu lebih nyaman dibandingkan aktivitas dimanapun. Sehingga anda yang memilih sebagai ibu yang bekerja di ranah domestik, akan lebih professional mengerjakan pekerjaan di rumah bersama anak-anak. Anda yang Ibu Bekerja di ranah publik, tidak akan menjadikan bekerja di publik itu sebagai pelarian ketidakmampuan kita di ranah domestik.


Mari kita tanyakan pada diri sendiri, apakah motivasi kita bekerja ?

🍀Apakah masih ASAL KERJA, menggugurkan kewajiban saja?

🍀Apakah didasari sebuah KOMPETISI sehingga selalu ingin bersaing dengan orang/ keluarga lain?


🍀Apakah karena PANGGILAN HATI sehingga anda merasa ini bagian dari peran anda sebagai Khalifah?


Dasar motivasi tersebut akan sangat menentukan action kita dalam menangani urusan rumah tangga dan pekerjaan kita
.
🍀Kalau anda masih “ASAL KERJA” maka yang terjadi akan mengalami tingkat kejenuhan yang tinggi, anda menganggap pekerjaan ini sebagai beban, dan ingin segera lari dari kenyataan.


🍀Kalau anda didasari “KOMPETISI”, maka yang terjadi anda stress, tidak suka melihat keluarga lain sukses


🍀Kalau anda bekerja karena “PANGGILAN HATI” , maka yang terjadi anda sangat bergairah menjalankan tahap demi tahap pekerjaan yang ada. Setiap kali selesai satu tugas, akan mencari tugas berikutnya, tanpa MENGELUH.

Ibu Manajer Keluarga

Peran Ibu sejatinya adalah seorang manager keluarga, maka masukkan dulu di pikiran kita

Saya Manager Keluarga

kemudian bersikaplah, berpikirlah selayaknya seorang manager.

🍀Hargai diri anda sebagai manager keluarga, pakailah pakaian yang layak (rapi dan chic) saat menjalankan aktivitas anda sebagai manager keluarga.

🍀Rencanakan segala aktivitas yang akan anda kejakan baik di rumah maupun di ranah publik, patuhi


🍀Buatlah skala prioritas

🍀Bangun Komitmen dan konsistensi anda dalam menjalankannya.


Menangani Kompleksitas Tantangan

Semua ibu, pasti akan mengalami kompleksitas tantangan, baik di rumah maupun di tempat kerja/organisasi, maka ada beberapa hal yang perlu kita praktekkan yaitu :

a. PUT FIRST THINGS FIRST

Letakkan sesuatu yang utama menjadi yang pertama. Kalau buat kita yang utama dan pertama tentulah anak dan suami. - Buatlah perencanaan sesuai skala prioritas anda hari ini - aktifkan fitur gadget anda sebagai organizer dan reminder kegiatan kita.


b.ONE BITE AT A TIME

Apakah itu one bite at a time?
-Lakukan setahap demi setahap -Lakukan sekarang -Pantang menunda dan menumpuk pekerjaan

c. DELEGATING

Delegasikan tugas, yang bisa didelegasikan, entah itu ke anak-anak yang lebih besar atau ke asisten rumah tangga kita.

_ Ingat anda adalah manager, bukan menyerahkan begitu saja tugas anda ke orang lain, tapi anda buat panduannya, anda latih, dan biarkan orang lain patuh pada aturan anda_

Latih-percayakan-kerjakan-ditingkatkan-latihlagi-percayakan lagi-ditingkatkan lagi begitu seterusnya

Karena pendidikan anak adalah dasar utama aktivitas seorang ibu, maka kalau anda memiliki pilihan untuk urusan delegasi pekerjaan ibu ini, usahakan pilihan untuk mendelegasikan pendidikan anak ke orang lain adalah pilihan paling akhir.

Perkembangan Peran

Kadang ada pertanyaan, sudah berapa lama jadi ibu? Kalau sudah melewati 10.000 jam terbang seharusnya kita sudah menjadi seorang ahli di bidang manajemen kerumahtanggaan. Tetapi mengapa tidak? Karena selama ini kita masih

 SEKEDAR MENJADI IBU

Ada beberapa hal yang bisa bunda lakukan ketika ingin meningkatkan kualitas bunda agar tidak sekedar menjadi ibu lagi, antara lain:

🍀Mungkin saat ini kita adalah kasir keluarga, setiap suami gajian, terima uang, mencatat pengeluaran, dan pusing kalau uang sudah habis, tapi gajian bulan berikutnya masih panjang.

 Maka tingkatkan ilmu di bidang perencanaan keuangan, sehingga sekarang bisa menjadi “managjer keuangan keluarga.


🍀Mungkin kita adalah seorang koki keluarga, tugasnya memasak keperluan makan keluarga. Dan masih sekedar menggugurkan kewajiban saja. Bahwa ibu itu ya sudah seharusnya masak.Sudah itu saja, hal ini membuat kita jenuh di dapur.

Mari kita cari ilmu tentang manajer gizi keluarga, dan terjadilah perubahan peran.


🍀Saat anak-anak memasuki dunia sekolah, mungkin kita adalah tukang antar jemput anak sekolah. Hal ini membuat kita tidak bertambah pintar di urusan pendidikan anak, karena ternyata aktivitas rutinnya justru banyak ngobrol tidak jelas sesama ibu –ibu yang seprofesi antar jemput anak sekolah.

 Mari kita cari ilmu tentang pendidikan anak, sehingga meningkatkan peran saya menjadi “manajer pendidikan anak”.

 Anak-anakpun semakin bahagia karena mereka bisa memilih berbagai jalur pendidikan tidak harus selalu di jalur formal.


🍀Cari peran apalagi, tingkatkan lagi…..dst

 Jangan sampai kita terbelenggu dengan rutinitas baik di ranah publik maupun di ranah domestik, sehingga kita sampai lupa untuk meningkatkan kompetensi kita dari tahun ke tahun.

 Akhirnya yang muncul adalah kita melakukan pengulangan aktivitas dari hari ke hari tanpa ada peningkatan kompetensi.  Meskipun anda sudah menjalankan peran selama 10.000 jam lebih, tidak akan ada perubahan karena kita selalu mengulang hal-hal yang sama dari hari ke hari dan tahun ke tahun.

Hanya ada satu kata

BERUBAH atau KALAH

Salam Ibu Profesional,


/Tim Matrikulasi IIP/


SUMBER BACAAN:

Institut Ibu Profesional, Bunda Cekatan, sebuah antologi perkuliahan IIP,  2015

Hasil diskusi Nice Homework Matrikulasi IIP Batch #3, 2017

Irawati Istadi, Bunda Manajer Keluarga, halaman featuring, Success Mom's Story: Zainab Yusuf As'ari, Amelia Naim, Septi Peni, Astri Ivo, Ratih Sanggarwati, Okky Asokawati,Fifi Aleyda Yahya, Oke Hatta Rajasa, Yoyoh Yusroh, Jackie Ambadar, Saraswati Chasanah, Oma Ary Ginanjar, Pustaka Inti, 2009

https://youtu.be/Cr9JSJS7CIM

DISKUSI :
Pertanyaan

1⃣Waduh bun, saya belum merasa ada panggilan hati walaupun saya senang ada di rumah. Masih suka mengeluh kalau merasa lelah. Padahal kalau capek kan tinggal istirahat yaa 😅 Selama ini saya masih beranggapan kalau mengurus rumah itu mengalir saja, sekeburunya, sesempatnya. Karena khawatirnya kondisi anak tidak klop lalu saya tidak waras. soalnya saya gampang emosian, bun. Kalau saya tidak berubah, tetap santai tanpa pengaturan jadwal yang jelas..apa efek buruk yang akan kemudian hari bisa saya rasakan bun?

Jawab:

Kalau sudah bisa mengukur bahwa menjadi ibu yang bekerja di ranah domestik dengan segala aktivitasnya tidak dilandasi "panggilan hati"....sebaiknya evaluasi kembali tujuan hidup dan berkeluarga Bunda....

Dari berbagai hal-hal internal yang Bunda sampaikan sepertinya perlu "manajemen perasaan" agar bisa memetakan permasalan yang dihadapi kemudian segera mencari solusinya agar tidak berlarut2.  Selain itu Bunda juga perlu "manajemen waktu" (bisa dibaca ulang NHW sebelumnya khususnya indikator profesionalisme). Tentukan pekerjaan domestik yang menjadi prioritas Bunda dan fokus menyelesaikannya.

2⃣.Efek buruk yang mungkin terjadi, Bunda yang bisa memprediksi sendiri yang intinya tidak "move on" untuk melakukan hal-hal/berubah menjadi lebih baik.✅
Kenapa yaa bun ada ungkapan 'sekedar menjadi ibu' dan rasanya ko konotasinya kaya yang kurang super? Padahal kan kalau dipikir menjadi ibu saja sudah sulit

Jawaban :

Ungkapan "sekedar menjadi ibu" bukan tanpa alasan. Banyak yg menjadi ibu asal2an, tak ada ilmunya, mengalir apa adanya tanpa ilmu, makna dan upgrade peran. Di IIP kita punya jargon "Menjadi Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga", itu akan menjadi indikator keberhasilan kita menjalankan peran kita sebagai seorang ibu. Dan untuk mewujudkannya memerlukan ilmu dan usaha. Salah satunya melalui tahapan di IIP ini 😊✅

pertanyaan dari bunda yenis jember

3⃣. Bagaimana agar kita tidak terjebak dengan rutinitas ranah domestik yang pada akhirnya membuat kita jenuh?

Jawaban :

Hai Bund Yenis 😊

Rutinitas di ranah domestik memang rentan dihinggapi rasa jenuh, mengingat aktivitas yg dilakukan hampir sama setiap hari dan rasanya tak ada habisnya. Namun hal itu bs disiasati dgn :
1. Menyamakan persepsi bahwa setiap ibu itu bekerja, jika sbg ibu RT berarti bekerja di rumah. Artinya kita selayaknya memperlakukan rumah kita sbg tempat kita bekerja, membuat diri kita senyaman mgkin di rumah dan berusaha profesional sebagaimana halnya jika kita bekerja di luar.
2. Memperbaiki motivasi bekerja sebagai ibu karena motivasi tsb akan sangat menentukan action kita dalam melaksanakan tanggungjawab rumah tangga kita. Misalnya jika motivasi kita panggilan hati atau amanah dari Alloh maka efeknya kita akan menjalaninya dgn ikhlas tanpa keluhan.
3. Melakukannya dengan kesungguhan.
Ada pepatah yg mengatakan "Man Jadda Wa Jada" yg artinya barang siapa yg bersungguh2, maka dia akan mendapatkan hasilnya.
Seberapa bersungguh2kah kita menjalankan peran sebagai seorang ibu, maka anak dan suami kitalah yang akan melihat dan merasakan manfaatnya.
Misalnya : Apakah kita merencanakan kegiatan dirumah secara terencana? Apakah kita mencari ilmu tentang mendidik anak, agar bs mendesain konsep hingga kurikulum pembelajaran anak2 kita?
Apakah kita sudah menjalankan peran sebagai ibu dan istri dalam rumah secara profesional?
Jika kita sudah berproses menuju ke sana, saya fikir aktivitas rumah tangga tidak akan membuat jenuh malah menjadi MENANTANG.
4. Jika masih jenuh, pertanda bunda butuh "ME TIME". Untuk merefresh diri agar semangat kembali beraktivitas di hari2 selanjutnya.
Selamat mencoba 😊✅

4⃣.Saya ibu rumah tangga memiliki 2 anak (4th & 6m) yg memiliki usaha sendiri drumah, untuk membantu pekerjaan rumah sy menggunakan asisten, krn jujur saya gak mampu menhandle semua (cuci, setrika, beres2rumah), akan tetapi kakak ipar saya selalu nyinyir dan menganggap sy ini tdk melayani suami🙈bahkan kedua ipar sindir menyindir tentang hal ini. Pdhl sy mendelegasikan ke asisten karna memang tenaga,pikiran cukup terkuras utk mengurus kedua anak saya dan mengurus usaha. Bagaimana sy harus bersikap dengan hal yg seperti ini seolah olah berkata dan menjudge saya bahwa pekerjaan rumah itu adalah tugas istri dan kalo istri yg melakukannya itu istri yang baik. Utk aktivitas mendidik anak dan melayani kebutuhan suami dan istri tetap saya lakukan, asisten hanya beres2rumah, menjadikan rumah lebih rapi.

Jawab:

Hal yang harus diamati dari sikap dan perilaku dalam urusan domestik, apakah melakukannya asal kerja, kompetisi, atau panggilan hati....setiap jawaban akan memberi pengaruh terhadap sikap dan perilaku Bunda merespon orang lain yang berkomentar terhadap kondisi rumah tangga Bunda.

Merujuk materi 6 bahwa seorang Ibu adalah "Manager RT yang handal", diperlukan ilmu yang mumpuni menjalankan masing-masing, dilakukan sendiri atau didelegasikan ke anak-anak (yang sudah mandiri, keluarga, atau asisten).

Pernah menyimak Ibu Septi bercerita saat anak-anak mereka masih kecil, fokus mengurus dan mendidik anak hingga akhirnya melahirkan "Abacabaca", "Jarimatika", dan "Jariquran"....urusan domestik sebagiaj didelegasikan (loundry pakaian dan katering makanan harian) yang tentunya dgn kesepakatan bersama suami. ✅

5⃣..Bagaimana cara membagi waktu yang efektif dan profesional antara anak/keluarga  dan pekerjaan ( usaha), karna terkadang ada benturan?mana yang harus diprioritaskan dulu, kadang kadang keduanya prioritas,apalagi ketika pekerjaan dikejar deadline.

Jawab:

Sebagai Bunda, keluarga lah yang menjadk prioritas utama sehingga apapun yang berbenturan atau tidak sejalan dgn klrg (visi, misi, dll) berarti hrs di nomor "dua" kan.  Sepertinya tantangan Bunda adalah "manajemen waktu" agar aktivitas sebagai "manajer keluarga" dan pekerjaan bisa selaras dan saling mendukung. ✅

6⃣.Bagaimana cara menjadikan rumah itu tempat ternyaman bagi penghuninya baik ibu, ayah dan anak?

Jawaban :

Rumah yang ternyaman jika bs membuat penghuninya betah dan sakinah didalamnya. Sebelumnya bs ditanyakan ke masing2 penghuninya, rumah seperti apa yg bs membuat mereka nyaman? Dari jawaban dan keinginan mereka kita sebagai menajer keluarga bs mengusahakan agar hal tsb bisa terwujud. Misalnya : membuat rumahku syurgaku, atau rumah yg didalamnya ada kehangatan, sakinah, mawaddah wa rahmah 😍 dll. (Sesuaikan dgn keinginan.keluarga masing2) ✅

7⃣.Bagaimana tuk mengajak atau berpartisipasi aktif semua anggota keluarga dalam berbagi job des dirumah?...karena mimpi saya pingin bgt tidak hanya saya dan asisten RT yg melakukan semua rutinitas di rumah
 Jawaban :
Delegasikan pekerjaan sesuai dengan usia (khususnya anak) 😉 tentunya harus diskusi dengan seluruh keluarga siapa mengerjakan apa... dalam hal ini komunikasi dengan seluruh anggota keluarga memegang peranan penting agar terbentuk TIM yang saling mendukung dalam keluarga.

8⃣. Gimana caranya menyamakan visi dg suami??? Apalgai ketika ilmu soal kerumahtanggaan belum sama, hmm jd kadang pengennya istri terlihat ribet gitu...
Jawaban:
Sama2 belajar Bund, komunikasikan dgn pasangan ttng harapan dan tujuan masing2 selanjutnya langkah2 apa yg dilakukan tuk mewujudkannya 😉 Dengan mengikuti dan mempraktekkan materi  matrikulasi IIP dengan sungguh-sungguh diharapkan meningkatkan kapasitas dan kualitas kita sehingga suami melihat perubahan yang signifikan pada istrinya membuat suami ikut berubah. Kuncinya tetap komitmen dan konsisten menjalaninya.
---end---

You Might Also Like

0 komentar