Adab Menuntut Ilmu (Materi Matrikulasi Batch 3 Institut Ibu Profesional)

Wednesday, January 25, 2017



RESUME KELAS REME 2 MATRIKULASI NASIONAL

Materi : "Adab Mencari Ilmu"
Hari/tgl: Senin,23 Oktober 2016
Jam: 21.00-22.00 wita
Fasilitator: Bunda Ina
Ketua kelas: Bunda Lulu
Koordinator Pekan 1: Mila Angrainy

#PROLOG 1


KELAS MATRIKULASI BATCH 3
INSTITUT IBU PROFESIONAL

ADAB MENUNTUT ILMU


Senin, 23 Januari 2016

Disusun oleh Tim Matrikulasi- Institut Ibu Profesional

Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mengubah perilaku dan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Karena pada dasarnya ilmu menunjukkan kepada kebenaran dan meninggalkan segala kemaksiatan.

Banyak diantara kita terlalu buru-buru fokus pada suatu ilmu terlebih dahulu, sebelum paham mengenai adab-adab dalam menuntut ilmu. Padahal barang siapa orang yang menimba ilmu karena semata-mata hanya ingin mendapatkan ilmu tersebut, maka ilmu tersebut tidak akan bermanfaat baginya, namun barangsiapa yang menuntut ilmu karena ingin mengamalkan ilmu tersebut, niscaya ilmu yang sedikitapiun akan sangat bermanfaat baginya.

Karena ILMU itu adalah prasyarat untuk sebuah AMAL, maka ADAB adalah hal yang paling didahulukan sebelum ILMU. ADAB adalah pembuka pintu ilmu bagi yang ingin mencarinya.

Adab menuntut ilmu adalah tata krama (etika) yang dipegang oleh para penuntut ilmu, sehingga terjadi pola harmonis baik secara vertikal, antara dirinya sendiri dengan Sang Maha Pemilik Ilmu, maupun secara horisontal, antara dirinya sendiri dengan para guru yang menyampaikan ilmu, maupun dengan ilmu dan sumber ilmu itu sendiri.

Mengapa para Ibu Profesional di kelas matrikulasi ini perlu memahami Adab menuntut ilmu terlebih dahulu sebelum masuk ke ilmu-ilmu yang lain?

Karena ADAB tidak bisa diajarkan, ADAB hanya bisa ditularkan.

Para ibulah nanti yang harus mengamalkan ADAB menuntut ilmu ini dengan baik, sehingga anak-anak yang menjadi amanah para ibu bisa mencontoh ADAB baik dari Ibunya.


ADAB PADA DIRI SENDIRI
  • Ikhlas dan mau membersihkan jiwa dari hal-hal yang buruk.. Selama batin tidak bersih dari hal-hal buruk, maka ilmu akan terhalang masuk ke dalam hati.Karena ilmu itu bukan rentetan kalimat dan tulisan saja, melainkan ilmu itu adalah “cahaya” yang dimasukkan ke dalam hati.
  • Selalu bergegas, mengutamakan waktu-waktu dalam menuntut ilmu, Hadir paling awal dan duduk paling depan di setiap majelis ilmu baik online maupun offline.
  • Menghindari sikap yang “merasa’ sudah lebih tahu dan lebih paham, ketika suatu ilmu sedang disampaikan.
  • Menuntaskan sebuah ilmu yang sedang dipelajarinya dengan cara mengulang-ulang, membuat catatan penting, menuliskannya kembali dan bersabar sampai semua runtutan ilmu tersebut selesai disampaikan sesuai tahapan yang disepakati bersama.
  • Bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas yang diberikan setelah ilmu disampaikan. Karena sejatinya tugas itu adalah untuk mengikat sebuah ilmu agar mudah untuk diamalkan.
ADAB TERHADAP GURU (PENYAMPAI SEBUAH ILMU)
  • Penuntut ilmu harus berusaha mencari ridha gurunya dan dengan sepenuh hati, menaruh rasa hormat kepadanya, disertai mendekatkan diri kepada DIA yang Maha Memiliki Ilmu dalam berkhidmat kepada guru.
  • Hendaknya penuntut ilmu tidak mendahului guru untuk menjelaskan sesuatu atau menjawab pertanyaan, jangan pula membarengi guru dalam berkata, jangan memotong pembicaraan guru dan jangan berbicara dengan orang lain pada saat guru berbicara. Hendaknya penuntut ilmu penuh perhatian terhadap penjelasan guru mengenai suatu hal atau perintah yang diberikan guru. Sehingga guru tidak perlu mengulangi penjelasan untuk kedua kalinya.
  • Penuntut ilmu meminta keridhaan guru, ketika ingin menyebarkan ilmu yang disampaikan baik secara tertulis maupun lisan ke orang lain, dengan cara meminta ijin. Apabila dari awal guru sudah menyampaikan bahwa ilmu tersebut boleh disebarluaskan, maka cantumkan/ sebut nama guru sebagai bentuk penghormatan kita.
ADAB TERHADAP SUMBER ILMU 
  • Tidak meletakkan sembarangan atau memperlakukan sumber ilmu dalam bentuk buku ketika sedang kita pelajari.
  • Tidak melakukan penggandaan, membeli dan mendistribusikan untuk kepentingan komersiil, sebuah sumber ilmu tanpa ijin dari penulisnya.
  • Tidak mendukung perbuatan para plagiator, produsen barang bajakan, dengan cara tidak membeli barang mereka untuk keperluan menuntut ilmu diri kita dan keluarga.
  • Dalam dunia online, tidak menyebarkan sumber ilmu yang diawali kalimat "copas dari grup sebelah" tanpa mencantumkan sumber ilmunya dari mana.
  • Dalam dunia online, harus menerapkan "sceptical thinking" dalam menerima sebuah informasi. jangan mudah percaya sebelum kita paham sumber ilmunya, meski berita itu baik.
Adab menuntut ilmu ini akan erat berkaitan dengan keberkahan sebuah ilmu, sehingga mendatangkan manfaat bagi hidup kita dan umat


Referensi :
Turnomo Raharjo, Literasi Media & Kearifan Lokal: Konsep dan Aplikasi, Jakarta, 2012.
Bukhari Umar, Hadis Tarbawi (pendidikan dalam perspekitf hadis), Jakarta: Amzah, 2014, hlm. 5
Muhammad bin sholeh, Panduan lengkap Menuntut Ilmu, Jakarta, 2015


Tanya Jawab :


1. Pertanyaan dari bunda Ika R

Dalam adab menuntut ilmu,kita tidak dperkenankan untuk manggandakan sumber ilmu tanpa izin penulis,tapi karena faktor ekonomi kita tidak bisa membeli yang asli, ex buku asing sebagai rujukan kuliah. e-booknya juga tidak ada. Lalu bagaimana ya baiknya?

Jawab:

Hai Bunda Ika
1. Adab menuntut ilmu erat kaitannya dengan keberkahan sebuah ilmu agar mendatangkan manfaat di dunia dan di akhirat. Allah akan mengangkat derajat kemuliaan orang-orang yang berilmu maka sudah sepatutnya ilmu tersebut diperoleh dengan cara yang beradab dan mulia. Diantaranya dengan menghargai sumber ilmu dengan membeli aslinya, menghindari bajakan, plagiat dll.

Pilihannya ada pd kita, apakah ingin mendaptkan ilmu dengan cara yang beradab atau tidak?

Terkait dengan menghormati ilmu dengan menghargai penulis/pengarangnya dengan membeli yang asli kalau mmng tidak menyediakan versi gratisnya, terkait lg tentang mencari keberkahan sumber ilmu tersebut 😊 Selain itu, sekarang banyak jurnal2 ilmiah yang bisa didownload gratis, dengan tetap mencantumkan sumbernya bila dijadikan rujukan. ✅

2. Pertanyaan dari Bunda Wirda


      Ada 3 pertanyaan :
  • Kalau untuk mencantumkan sumber misalnya darimana ilmu tersebut kita peroleh, jika sifatnya brainstorming gimana ya? apa harus dicantumkan juga? kemudian apabila kita.pernah dengar/baca tapi kita lupa dimana trus bagaimana mencantumkan sumbernya?
  • Kemudian misalkan kita mendapat ilmu dr seorang guru yang kita rasa ilmu itu akan sangat bermanfaat buat org banyak namun guru tersebut enggan berbagi tanpa ada kompensasi berbayar, sedangkan kita ingin menggunakan ilmu tersebut dg berbagi pd org lain tanpa kompensasi(non komersil) misal untuk sosial bagaimana solusinya? apakah boleh kita share ilmunya tanpa ijin guru yang bersangkutan tersebut?
  • Kalau kita dapat sebuah ilmu yang tidak jelas sumbernya/anonim, bagaimana kita bisa mencantumkan sumbernya?
 Jawab:

2. Hai Bunda Wirda
  • Tentang brainstorming... sebaiknya disampaiakan sumbernya bisa sebelum atau setelah.  Sedangkan untuk sharing ilmu secara lisan atau tulisan harus mencantumkan sumbernya yang jelas, bila tidak jelas sumbernya karena lupa bisa disebut anonim. Hal ini sama dengan kaidah penulisan ilmiah untuk menghindari plagiarisms.
  • Sangat penting mencari keberkahan ilmu dari sumbernya/guru, jadi jangan pernah menyebarkan ilmu yang sumbernya tidak ridha meski penggunaannya untuk hal yang baik. Sebaiknya bila kita sebagai sumber suatu ilmu, niatkan dengan agar ilmu itu memberi manfaat bagi banyak orang karena nilai tertinggi ilmu yang berguna bukan hanya sebatas materi tetapi menjadi amal jariah.
  • Kaitan dengan menyebarkan ilmu, dahulukan tabayyun sebelum menyebarkan dengan mencari sumbernya.  Jangan sampai kita menyebarkan hal yang salah dan kesalahan tersebut diikuti banyak orang. ✅
 3. Pertanyaan dari Bunda Nury

Ada beberapa yang ingin saya tanyakan kepada bu fasil...
  • Mengenai adab menuntut ilmu terhadap diri sendiri. karena kita sedang menuntut ilmu secara online, dimana resume masih bisa ditemui di akhir atau memanjat chat..lalu saya menjadi santai dan menunda mengikuti kelas demi mendahulukan hal lainnya seperti menemani suami ngobrol, apakah ini dianggap kurang mengerti adab bun?
  • Bagaimana bila suatu hari kita menyebarkan ilmu dr guru kita, tanpa menyebut nama secara spesifik dan tidak pernah meminta ijin?contohnya menyampaikan bahwa guru sma saya pernah mengajarkan bahwa...
  • Bagaimana kalau saya pernah membeli sumber ilmu bajakan sebelum saya mengerti bahwa hal ini tidak baik? Apa saya perlu membuang sumber ilmu tersebut?
  • Apakah ada perbedaan antara hanya niat kuat ingin belajar demi perbaikan diri dengan adab thd diri sendiri yang pertama bun?
Jawab :

Hai Bunda Bury
  • Dalam menuntut ilmu, ada tipe orang yang begitu ada ilnu/informasi langsung ditelaah adapula yang menangguhkan menunggu tuntas dulu dan mencari timing yang tepat merunut dan menelaah. Inti suatu ilmu adalah bagaimana ilmu yang diperoleh memberi pengaruh yang baik kita dengan cara memahaminya dan mengamalkannya.
  • Untuk kasus tersebut....penyampaian ilmu secara lisan boleh tapi akan lebih baik dengan menyebutkan sumbernya untuk menyakinkan pendengar bahwa apa yang kita sampaikan adalah yang telah diajarkan oleh guru yang bersangkutan.
  • Apapun yang kita lakukan termasuk dalam menuntut ilmu selalu niatkan untuk beribadah...."sesungguhnya amal perbuatan itu bergantung niatnya" Karena itu niat saja tidak cukup, harus disertai dengan perbuatan yaitu adab menuntut ilmu agar ilmu tersebut memberi keberkahan. ✅
 4. Pertanyaan bunda Sri Nurmalia

Terkait adab dalam menuntut ilmu terhadap diri sendiri,,, apakah niat tidak menjadi menjadi awal dari setiap perbuatan dan ucapan kita bunda ?

Jawab:

Hai Bunda Sri Nurmalia

Tetap niat menjadi ukuran suatu perbuatan dan niat itu aktivitas hati sedangkan adab menuntut ilmu terkait perbuatan kita.✅



You Might Also Like

0 komentar